The Model Minority Concept (Indonesian)

model minority post.png

Di permulaan pergerakan Black Lives Matter, kata”model minority” menjadi topic yang sering di diskusikan. Kata “model minority”, sering digunakan pada komunitas Asia yang berarti “minoritas yang sempurna” dan harus kita ikuti. Meskipun pada permukaan luar, istilah ini berarti ketekunan dan keberhasilan, tapi sebenarnya ini bermakna buruk pada komunitas Asia-Amerika: arti buruk yang akan mulai dibicarakan.

Selama bertahun tahun, stereotipe orang asia tetap tidak berubah dengan “cookie cutter” tertentu  per orangan yang mewakili komunitas tersebut. Orang orang ini adalah heteroseksual yang mempunyai pekerjaan dengan gaji yang tinggi seperti mekanik atau tenaga medis, dan selalu menginginkan kesuksesan. Meskipun ini tidak membahayakan, ini adalah suatu generalisasi umum bahwa semua Asia cocok dengan “cookie cutter” ini. Sama seperti orang orang lain, masing masing orang Asia-Amerika adalah berbeda. 

Sebagai akibatnya, komunitas kita menempati tekanan sosial yang besar di antara orang orang Asia untuk harus mengikuti karakteristik yang sempurna, menyebabkan definisi yang sangat terbatas mengenai kesuksesan orang orang Asia.  Tekanan ini membuat mental kita berpikir bahwa kita harus sempurna: siapa yang gagal akan dicela dan selalu dilihat sebagai orang bodoh atau malas dan dijauhkan oleh komunitas tersebut. Di sekolah, kita melihat murid murid asia yang sangat kuatir dengan nilai B, hasil yang jelas dari model mitos minoritas. Untuk murid yang lain, ini terlihat berlebihan atau tidak penting; tetapi, kekuatiran yang sesungguhnya tentang nilai yang tidak sempurna adalah suatu kenyataan. Standar yang kita berikan untuk kita sendiri adalah lebih tinggi dari pada yang seharusnya, yang membuat suatu sumber stress yang tidak seharusnya terjadi. Bagi mereka yang menemukan dirinya berhasil, standard ini membuat prestasi mereka tidak berguna lagi.” Tentu saja dia mendapatkan nilai A, dia orang Asia.” Keberhasilan ini  hanya menambahkan satu lapisan kesalahan lagi yang memperkuat stereotipe dan tekanan untuk mencapai keberhasilan berhasil. 

Tekanan sosial ini mencapai satu titik dimana kata “orang Asia” sudah menjadi kata sifat yang menjelaskan karakteristik dari stereotipe nya. Bersama dengan mentalitas imigran (suatu dorongan untuk membangun keluarga di dalam tempat yang baru), cara berpikir orang asia dipaksa untuk mempunyai i pola pikir yang tertutup, harus mengikuti representasi model caranya orang asia, bukan apa yang sebenarnya orang itu suka. Kita melihat orang-orang  tua asia yang menekan anak anaknya untuk mengejar bidang tertentu, dan menghalangi mereka dengan jalan karirnya sendiri. Anak Asia yang memiliki hobi yang tidak pada umumnya merasa tidak diakui dan dipaksa untuk mengabaikan keinginan mereka dan diharuskan untuk mengikuti“model” Asia. Sayangnya, mental ini sudah meluas dimana masyarakat keseluruhan mengharapkan kita untuk menjadi jenis individual ini. Sebagai akibatnya sekarang ini, orang Asia-Amerika menghadapi tingkat stress dan ketidak stabilan mental yang lebih tinggi. 

Kata “model minority” juga menciptakan pengertian yang keliru bahwa kita diharuskan untuk sempurna dan tidak boleh terpengaruh oleh masalah “kecil”. Karena itu, orang orang Asia mengembangkan suatu perasaan ketakutan akan kerentanan dan ketidaksempurnaan, membuat mereka kurang terbuka untuk berbagi masalah dan menjadikan masalah yang bertumpuk dalam diri mereka. Hasilnya, teman teman dan keluarga kita tidak percaya bahwa gangguan mental itu adalah masalah yang besar yang sangat mempengaruhi kita.Faktanya, orang Asia-amerika 3 kali lebih kecil untuk mencari bantuan dibandingkan kelompok etnik lain di Amerika, dan menurut laporan, tingkat pikiran untuk bunuh diri lebih tinggi untuk siswa siswa ini. Pada umumnya di dalam budaya orang asia amerika, masalah seperti emosi dan gangguan mental ini adalah tidak penting.


Satu dari teman asia amerika menjelaskan, “bagi saya, saya selalu apatis terhadap setiap masalah. Saya merasa gangguan mental tidaklah penting. Sampai teman-teman saya bunuh diri, melukai diri sendiri, dan seorang teman dekat mengalami masalah mental, barulah saya memperhatikan hal ini. Itu adalah suatu tamparan di pipi saya. Saya sangat egois dan tidak pernah peduli tentang issue ini sampai issue ini mempengaruhi saya. Ini adalah hasil dari ketidakmampuan memahami tentang gangguan mental karena saya pikir saya dan keluarga saya berada jauh dari semua itu.

Jadi, ini bukanlah sekedar stress dan kecemasan dari suatu mitos model kelompok minoritas saja,tetapi juga suatu stigma yang terjadi di antara komunitas Asia Amerika yang menghindari masing masing orang untuk mencari bantuan. Di atas itu, hambatan bahasa juga menyulitkan banyak orang untuk menerima perawatan, dan orang tua asia cenderung memiliki kekurang kesadaran akan adanya sumber dan pelayanan yang bisa membantu mereka. Banyak individual akhirnya hanya mengabaikan, menyangkal, dan menepiskan pertolongan tersebut dikarenakan stigmatisasi; sesuatu yang mencerminkan kelompok tersebut.

Jadi dengan kenyataan masalah masalah ini, kita menciptakan Proyek Lotus. Tujuan kita adalah untuk menolong mitos Model Minoritas ini menghadapi dan menghilangkan stigma negatif di balik gangguan mental orang orang Asia. Tentu saja, gangguan mental adalah sebuah masalah untuk semua orang. Tetapi sebagai satu kelompok kecil dari murid murid SMA, yang berfokus kepada populasi kecil yang kita familiar, dimana kita bisa memberikan dampak yang besar, adalah merupakan suatu pilihan yang tepat. Melalui pelayanan kita, kita mau membantu menyebarkan pikiran kalau orang Asia tidak harus untuk menjadi asia yang ‘ideal’: bahwa tidak perlu ada tekanan untuk menghentikan mereka dari sesuatu yang mereka senangi. Kita menginginkan komunitas Asia-Amerika untuk menyadari arti dari kesuksesan lebih luas dari yang orang lain pikiran: tidak selalu harus mendapatkan status sosial yang tinggi, mendapatkan rasa hormat orang lain, atau mendapatkan sejumlah uang yang  banyak. Arti kesuksesan lebih besar dari pada itu. Sukses bisa berarti simpel seperti menemukan kebahagiaan.

Yang terpenting, kita mau mengajari komunitas Asia-Amerika mengenai kesehatan mental. Itu adalah issue yang nyata yang hanya bisa diatasi dengan memberikan perhatian dan memperkenalkannya kepada para orang tua untuk mebantu mereka agar sukses mendidik anaknya Orang tua Asia dan anak anak harus tahu tentang permasalahan mental adalah suatu ancaman  yang nyata terhadap keseluruhan hidup ,dan tidak perlu adanya stigmatisem atau ketakutan dalam membicarakkan atau meminta tolong mengenai hal ini. Melalui Proyek Lotus ini, kami berjanji untuk menolong menyebarkan kesadaran akan adanya  kebenaran yang nyata  dibalik kesehatan mental di komunitas Asia dan akan untuk mendukung suara dari teman teman Asia-Amerika kita. 

Project Lotus